Sosok idola adalah bagian dari perkembangan
kepribadian setiap manusia, itu sebabnya ayah dan ibu harus bisa menjadi
teladan bagi anak-anaknya. Karena hanya apabila mereka terlihat
sempurna di mata anak-anaknya, mereka bisa menjadi sosok idola bagi
anak-anaknya itu. Jika tidak, maka jangan kecewa apabila mereka lebih
mengidolakan orang lain daripada orangtuanya sendiri. Namun begitu,
disamping sosok idola utama itu – yaitu orangtuanya, setiap anak pasti
akan menemukan sosok idolanya yang lain – pada suatu hari kelak. Dan
sosok idola itu, bisa jadi berupa orang terkenal – yang dikenal
masyarakat sebagai tokoh yang baik, seperti misalnya selebritis atau
tokoh politik dan lain-lain, tapi bisa jadi juga orang yang dinilai
tidak baik oleh masyarakat – seperti bintang film porno dan lain-lain.
Sosok idola adalah sosok yang bisa amat memengaruhi tingkah laku
pengagumnya, sehingga mereka terkadang bisa melakukan hal-hal yang
ekstrim hanya demi mendapat perhatian sang idola. Makanya, tak
mengherankan kalau seorang pengagum meniru gaya berpakaian, tata bahasa,
sikap, dan bahkan kepribadian sang idola. Tak hanya itu, si pengagum
juga rela mengumpulkan beragam pernak-pernik yang berkaitan dengan sang
idola, mulai dari mengoleksi foto, CD, poster, tshirt, dan lain-lain.
Hal semacam itu, ternyata juga dilakukan oleh Tri Lastuti. Cewek
kelahiran Pemalang ini begitu ngefans dengan artis era 90-an, yaitu
Almarhumah Nike Ardilla. Saat itu, tepatnya tahun 1994, ia kepincut
dengan Nike Ardilla, saat dirinya melihat film-film Nike Ardilla
berserta lagu-lagu romantisnya.
Rasa sukanya terhadap Nike Ardilla semakin memuncak tatkala artis
kelahiran 27 Desember 1975 tersebut meninggal dunia dalam suatu
kecelakaan lalu lintas. “Sejak saat itu, saya merasa sangat kehilangan
tokoh idola yang begitu saya cintai,” kata Tri.
Sejak saat itu, Tri pun pelan-pelan mulai mengumpulkan beragam
pernak-penik yang berkaitan dengan Nike Ardilla, mulai dari kliping
koran, majalah, cincin, kaset, CD, poster, t-shirt dan lain-lain .
Tidak hanya itu, ia pun secara rutin datang menyinggahi kediaman Nike
Ardilla di Ciamis. Setiap tahunnya, ia datang dua kali ke rumah Nike
Ardilla itu. Di sana, ia bertemu dan sering curhat dengan keluarga besar
Nike Ardilla. “Saking dekatnya dengan keluarga Nike, saya pernah tidur
sekamar dengan ibu Nike Ardila,” kata Tri.
Sebagaimana layaknya seorang fans yang memuja idolanya, Tri pun rela
melakukan apapun hanya untuk menunjukkan begitu cintanya ia kepada Nike
Ardilla. “Saya pernah ngebela-belain minjem duit sama teman, hanya untuk
biaya ongkos pergi ke rumah Nike,” jelas Tri.
Saat ini, Tri tergabung ke dalam komunitas Nike Ardilla Fans Club
(NAFC). Tak tanggung-tanggung, jabatannya sekarang adalah ketua di NAFC
Jakarta. Bersama komunitasnya ini, ia sering mengadakan berbagai
kegiatan, mulai dari menyumbang ke sekolah SLB milik Nike Ardilla,
berkunjung ke makam Nike, serta aksi donor darah. “Alhamdulillah setelah
bergabung di NAFC saya mempunyai banyak teman dan dapat berbuat banyak
kegiatan positif,” kata Tri.
Di mata Tri, Nike Ardilla merupakan sosok publik figure yang begitu
sempurna. Selain cantik, ia pun pintar berakting dan bernyanyi. Selain
itu, Tri juga menilai bahwa Nike Ardilla adalah seorang selebritis yang
memiliki jiwa sosial tinggi.
Kini, walaupun Nike Ardilla sudah tiada, namun uniknya Tri mengaku
dirinya merasa bahwa Nike Ardila masih hidup dan berada di sekitarnya.
Tri mengatakan, dirinya selalu merasa diperhatikan oleh Nike Ardilla
ketika dirinya mengadakan acara untuk mengenang Nike, ”Saya selalu
merinding dan menangis ketika mengadakan acara untuk mengenang Nike
Ardilla,” kata Tri.
Tidak hanya itu, Tri pun mengaku dirinya pernah bermimpi bertemu
dengan Nike. Di dalam mimpinya tersebut, Nike Ardilla mengatakan kepada
Tri, bahwa dirinya merupakan fans yang paling setia.
Sayangnya, sampai saat ini, Tri sama sekali belum pernah bertemu
secara fisik dengan Nike Ardilla, “Kalau Nike Ardilla masih hidup saya
ingin mengatakan kepadanya, kalau saya sangat bangga terhadap Nike
Ardilla,” jelas Tri, sambil menyeka air mata yang membasahi pipinya. (Thamrin Mahesarani)